TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian pendidikan menyatakan telah selesai membuat buku pelajaran yang akan dipakai guru dan siswa berdasarkan pada kurikulum pendidikan 2013. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengundang pakar pendidikan memberikan pandangannya secara independen.
Mendikbud: Kurikulum 2013 Jangan Dipolitisasi
- 9:28 AM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medikbud Mohammad Nuh meminta agar persoalan implementasi Kurikulum 2013 tidak dibawa ke ranah politik. "Kurikulum itu murni urusan akademik. Kajiannya kajian akademik. Jadi jangan dibawa ke ranah politik. Karena ditarik pada politik, hebohnya lebih ramai dibandingkan esensinya," ujar Nuh di Jakarta Kamis (28/3).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dinas pendidikan di seluruh Indonesia diingatkan agar segera membentuk satuan tugas (satgas) antisipasi siswa putus sekolah. “Ayo kita jadikan tahun ini tahun gerakan antiputus sekolah," ajak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh pada Sosialisasi Kurikulum 2013 di hadapan guru-guru se-DKI Jakarta.
Guru Harus Kreatif, Bisa Ajar Etika Lewat Games
- 9:17 AM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya kasus kekerasan dan aksi tawuran antarpelajar yang sering terjadi belakangan ini mencerminkan sistem pendidikan di Indonesia masih kacau. Pengamat perlindungan anak, Seto Mulyadi, memandang perlu adanya perubahan kurikulum pendidikan yang lebih mengedepankan soal pendidikan karakter terutama bagi anak dan remaja.
JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait dengan substansi dalam Kurikulum 2013 yang diklaim kental dengan pendidikan karakter, Psikolog Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ifa Misbach, berpendapat bahwa sebagus apa pun kurikulum diintegrasikan dengan pendidikan karakter tidak akan berjalan optimal apabila tidak ada contoh langsung. Pasalnya, anak hanya akan dicekoki konsep dan teori tanpa memiliki teladan untuk menerapkannya.
Pendidikan Karakter Harus Dimulai Sejak Dini
- 9:12 AM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
BOGOR, KOMPAS.com - Pendidikan untuk membangun karakter seharusnya dilakukan sejak dini, dan tidak hanya dilakukan di institusi perguruan tinggi, demikian dikatakan pakar pendidikan karakter IPB Dr Ratna Megawangi.
"Pembangunan pendidikan karakter ini penting dilakukan mengingat berdasarkan fakta, salah satu survei menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia gemar melakukan suap," katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/11/2012).
Saat menjadi narasumber pada pelatihan bertema "Pengembangan Karakter bagi Pembina Kemahasiswaan IPB, Menjadi Tenaga Pendidik yang Berkarakter untuk IPB yang Berkualitas", dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB itu merujuk pada sebuah survei.
Survei yang dilakukan "Political and Economic Risk Consultacy" (PERC) itu menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang melakukan pelanggaran tertinggi di Asia.
Menurut Ratna Megawangi, untuk membangun karakter mahasiswa disarankan perlu memperbanyak aktivitas bernuansa kepedulian sosial di kampus.
Caranya, kata dia, dengan terjun langsung menghadapi berbagai masalah sosial, kebijakan publik, korupsi dan kemiskinan. "Semangat pembinaan ini juga perlu dimasukkan dalam kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa," katanya.
Acara pelatihan pendidikan karakter bagi pembina kemahasiswaan IPB itu diselenggarakan Direktorat Kemahasiswaan IPB.
Direktur Kemahasiswaan IPB Dr Rimbawan mengharapkan pelatihan tersebut akan sinergi dengan pentingnya program pendidikan karakter dalam membina mahasiswa.
"Apakagi saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang gencar melakukan pendidikan karakter untuk generasi muda," katanya.
sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/14/16024946/Pendidikan.Karakter.Harus.Dimulai.Sejak.Dini
Hindari Hal Tak Pantas, Buku Ajar SD Dibuat Kemendikbud
- 9:08 AM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
KENDAL, KOMPAS.com - Selama ini pembuatan buku ajar untuk jenjang pendidikan dasar diserahkan pada pihak ketiga. Namun pada kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memilih membuat sendiri.
Hal tersebut bertujuan agar masalah substansi isi dapat dikontrol langsung dan mencegah munculnya hal-hal yang tidak sepantasnya masuk dalam buku ajar siswa. Namun dalam perjalanannya, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan.
"Jadi ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam buku ajar siswa dan tidak boleh terlewat,"
Mendikbud: Bukan Waktunys Lagi Mendebat Kurikulum 2013
- 10:32 PM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa pihaknya tetap membuka ruang bagi pihak yang berbeda pendapat dan ingin memberikan masukan terhadap kurikulum ini. Namun, dia menegaskan bahwa bukan waktunya lagi mengkritisi Kurikulum 2013 tanpa solusi perbaikan.
Jakarta, Kompas - Pemerintah akan mengonsultasikan kebijakan dan anggaran Kurikulum 2013, terutama dana pendukung Rp 1,1 triliun, dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Itu agar tidak menimbulkan masalah hukum.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Saat ini adalah era digital. Demikian juga dalam dunia pendidikan. Mudah, Murah, Masal, Minat, dan Mandiri, merupakan 5M yang saat ini menjadi tren dalam pendidikan, pelatihan atau program keahlian yang ditawarkan.
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Institut Pertanian Bogor menggagas sebuah "Sekolah Peternak Rakyat" yang ditujukan bagi ketersediaan bibit maupun daging sapi di Indonesia dalam jangka panjang.
Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan IPB Prof Muladno, penggagas SPR di Bogor, Jawa Barat, mengungkapkan konsep dasar dari SPR itu adalah dengan skema
Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan IPB Prof Muladno, penggagas SPR di Bogor, Jawa Barat, mengungkapkan konsep dasar dari SPR itu adalah dengan skema
Soal Anggaran Kurikulum Kemendikbud Siap Konsultasi
- 6:50 PM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengkonsultasikan kebijakan dan anggaran Kurikulum 2013 dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hal ini dilakukan untuk menhindari masalah hukum dalam implementasi kurikulum baru.
Oleh Dony Kleden
Pendidikan menjadi simpul dari perubahan habitus. Dengan mengatakan demikian, kita telah menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat mulia bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian.
Ini menjadi tujuan umum dari apa pun bentuk pendidikan yang diselenggarakan. Pertanyaan muncul: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita sehingga yang namanya mutu pendidikan dan perkembangan serta pertumbuhan kepribadian itu sungguh bisa dicapai?
Politik pendidikan
Politik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada kuantitas ketimbang kualitas. Indonesia sudah beberapa kali mendapat penghargaan karena juara di Olimpiade Fisika dan Matematika. Kita begitu berbangga, tetapi kebanggaan kita tak akan bertahan lama karena yang kita kejar hanyalah kuantitas. Mutu pendidikan kita pun diukur dari segi kuantitasnya. Padahal, kuantitas adalah sebuah postulat matematis yang abstrak dan mudah dimanipulasi.
Sangat berbeda dengan negara-negara Eropa yang justru mengejar kualitas. Orientasi ini memungkinkan mereka punya daya dorong yang tinggi untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka akhirnya menemukan banyak hal dan memproduksi banyak teori. Indonesia hanya mampu menghafal rumus untuk diuji dan tetap jadi negara konsumtif. Selain itu, pendidikan kita pun terbelenggu dengan ”politik uang”.
Kalau lembaga pendidikan dibelenggu ”politik uang”, hanya orang kaya yang punya akses. Pemerintah berdalih, ”Kesempatan terbuka untuk semua orang. Semua orang diberi kemungkinan mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.” Ini benar, tetapi standar yang dipakai sebagai syarat dan pembiayaannya tidak membuka kemungkinan untuk orang miskin. Jadi, ketidakadilannya terletak bukan pada kesempatan, melainkan pada standar, sistem, dan syarat yang dipakai. Kalau sudah demikian, pendidikan akhirnya hanya berfungsi melayani kepentingan masyarakat dominan dalam rangka mempertahankan dan memproduksi status quo.
Mengapa pendidikan kita tak berangkat dari realitas masyarakat yang sebagian besar adalah miskin? Berbagai dalih bisa diberikan. Namun bisa dikatakan, tidak adanya kontekstualisasi pendidikan di Indonesia itu karena ketidaktulusan dalam mengelola pendidikan. Episteme pendidikan kita masih berorientasi pada bidang ekonomi.
”Kemiskinan sebagai fenomena yang menghalangi orang- orang miskin mengambil bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk kesempatan memperoleh pendidikan, disebabkan ketimpangan struktur institusional dalam masyarakat. Sistem pendidikan modern sebagai salah satu faktor institusional terpenting ikut mencerminkan ketimpangan struktur masyarakat dan sekaligus melestarikannya,” kata J Muller (Prisma, 1980).
Pedagog asal Jerman, FW Foester (1869-1966), begitu terkenal karena dialah yang mencetuskan pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual. Tujuan pendidikan bagi Foester adalah pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter jadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah kualitas pribadi diukur.
Guna mendukung pemahamannya tentang pendidikan ini, Foester menyebutkan empat ciri dasar dari pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif dari setiap tindakan.
Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip. Sikap ini merupakan sebuah keutamaan (cardinal virtue) yang butuh pengolahan yang tidak singkat.
Ketiga, otonomi. Pada butir ini seseorang mengiternalisasikan aturan dari luar sampai jadi nilai-nilai bagi pribadi. Orang yang mencapai butir tiga ini adalah orang-orang yang prinsipil.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Pada butir ini orang akan mencapai komitmen dan mempertahankannya karena dianggap baik. Orang bahkan rela berkorban demi komitmen yang mulia itu.
Peran guru dan murid
Pertanyaan muncul lagi: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita agar idealisme Foester bisa tercapai? Jawabannya sederhana saja: maksimalkanlah peran guru dan murid.
Bukan merupakan kesan lagi bahwa terpuruknya pendidikan di Indonesia ini karena tidak ada yang mau kerja maksimal. Mental cari gampang dan instan sepertinya telah menjadi kultur dalam dunia pendidikan kita. Akibatnya, manipulasi terjadi di mana-mana, bahkan titel pun bisa dibeli. Lemahnya sistem pendidikan kita yang disebabkan rendahnya kebijakan politik pemerintah menempatkan Indonesia sebagai negara yang sistem pendidikannya terburuk dari 12 negara di Asia (The Economics Risk Consultancy).
Mengapa harus ada sertifikasi guru? Mitos di balik sertifikasi guru ini adalah semakin memajukan mutu pendidikan. Benarkah? Saya meragukan! Ada logika tertutup yang menjangkit pemerintah kita, yakni bahwa mutu pendidikan didasarkan dan ditentukan oleh imbalan tambahan bagi kelompok guru tertentu.
Dengan demikian, sebenarnya pada dirinya sendiri sertifikasi guru melahirkan ketidakadilan. Karena melahirkan ketidakadilan, program sertifikasi guru pun patut dicurigai. Sertifikasi akan memicu berbagai akrobatik, termasuk cara-cara yang tidak jujur guna memperebutkan sertifikasi kompetensi profesional guru yang menjanjikan imbalan besar. Kalau sudah demikian, masyarakat kita akan menjelma menjadi masyarakat berisiko (risk society).
Dalam hemat saya, pemerintah telah salah langkah dengan program sertifikasi itu sendiri. Yang utama dalam perbaikan dan pengembangan mutu pendidikan kita ada pada pembenahan regulasi dan kapasitas pendukung lain, seperti budaya, bukan pada sertifikasi. Kapasitas budaya itu menyangkut mental seseorang yang di dalamnya terkandung cara berpikir dan bertindak.
Terhadap program sertifikasi guru ini, pedagog Foester akan menertawakan kita. Kebijakan pendidikan semacam ini jauh panggang dari api. Kebijakan itu tidak menyentuh inti dari persoalan itu sendiri, tetapi justru memperlebar ruang egoisme.
Foester mengusik nurani kita untuk sedapat mungkin memaksimalkan kinerja dan tanggung jawab. Bahwa mutu pendidikan kita hanya bisa tumbuh dan berkembang kalau ada ketulusan dalam memajukan karakter dengan empat tekanan seperti yang disebutkan itu. Jangan sampai pendidikan hanyalah sebuah dark force yang tidak merangsang perubahan habitus. Karena itu, di tengah hiruk-pikuk dan terpuruknya dunia pendidikan, politik, sosial, dan bidang-bidang kehidupan lain, pendidikan karakter dengan menekankan dimensi etisreligius menjadi sangat relevan untuk diterapkan, apalagi dalam konteks Indonesia.
Dony Kleden Rohaniwan dan Alumnus Magister Antropologi UGM
sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/27/10112623/Pendidikan.Karakter
Pendidikan menjadi simpul dari perubahan habitus. Dengan mengatakan demikian, kita telah menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat mulia bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian.
Ini menjadi tujuan umum dari apa pun bentuk pendidikan yang diselenggarakan. Pertanyaan muncul: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita sehingga yang namanya mutu pendidikan dan perkembangan serta pertumbuhan kepribadian itu sungguh bisa dicapai?
Politik pendidikan
Politik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada kuantitas ketimbang kualitas. Indonesia sudah beberapa kali mendapat penghargaan karena juara di Olimpiade Fisika dan Matematika. Kita begitu berbangga, tetapi kebanggaan kita tak akan bertahan lama karena yang kita kejar hanyalah kuantitas. Mutu pendidikan kita pun diukur dari segi kuantitasnya. Padahal, kuantitas adalah sebuah postulat matematis yang abstrak dan mudah dimanipulasi.
Sangat berbeda dengan negara-negara Eropa yang justru mengejar kualitas. Orientasi ini memungkinkan mereka punya daya dorong yang tinggi untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka akhirnya menemukan banyak hal dan memproduksi banyak teori. Indonesia hanya mampu menghafal rumus untuk diuji dan tetap jadi negara konsumtif. Selain itu, pendidikan kita pun terbelenggu dengan ”politik uang”.
Kalau lembaga pendidikan dibelenggu ”politik uang”, hanya orang kaya yang punya akses. Pemerintah berdalih, ”Kesempatan terbuka untuk semua orang. Semua orang diberi kemungkinan mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.” Ini benar, tetapi standar yang dipakai sebagai syarat dan pembiayaannya tidak membuka kemungkinan untuk orang miskin. Jadi, ketidakadilannya terletak bukan pada kesempatan, melainkan pada standar, sistem, dan syarat yang dipakai. Kalau sudah demikian, pendidikan akhirnya hanya berfungsi melayani kepentingan masyarakat dominan dalam rangka mempertahankan dan memproduksi status quo.
Mengapa pendidikan kita tak berangkat dari realitas masyarakat yang sebagian besar adalah miskin? Berbagai dalih bisa diberikan. Namun bisa dikatakan, tidak adanya kontekstualisasi pendidikan di Indonesia itu karena ketidaktulusan dalam mengelola pendidikan. Episteme pendidikan kita masih berorientasi pada bidang ekonomi.
”Kemiskinan sebagai fenomena yang menghalangi orang- orang miskin mengambil bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk kesempatan memperoleh pendidikan, disebabkan ketimpangan struktur institusional dalam masyarakat. Sistem pendidikan modern sebagai salah satu faktor institusional terpenting ikut mencerminkan ketimpangan struktur masyarakat dan sekaligus melestarikannya,” kata J Muller (Prisma, 1980).
Pedagog asal Jerman, FW Foester (1869-1966), begitu terkenal karena dialah yang mencetuskan pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual. Tujuan pendidikan bagi Foester adalah pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter jadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah kualitas pribadi diukur.
Guna mendukung pemahamannya tentang pendidikan ini, Foester menyebutkan empat ciri dasar dari pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif dari setiap tindakan.
Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip. Sikap ini merupakan sebuah keutamaan (cardinal virtue) yang butuh pengolahan yang tidak singkat.
Ketiga, otonomi. Pada butir ini seseorang mengiternalisasikan aturan dari luar sampai jadi nilai-nilai bagi pribadi. Orang yang mencapai butir tiga ini adalah orang-orang yang prinsipil.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Pada butir ini orang akan mencapai komitmen dan mempertahankannya karena dianggap baik. Orang bahkan rela berkorban demi komitmen yang mulia itu.
Peran guru dan murid
Pertanyaan muncul lagi: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita agar idealisme Foester bisa tercapai? Jawabannya sederhana saja: maksimalkanlah peran guru dan murid.
Bukan merupakan kesan lagi bahwa terpuruknya pendidikan di Indonesia ini karena tidak ada yang mau kerja maksimal. Mental cari gampang dan instan sepertinya telah menjadi kultur dalam dunia pendidikan kita. Akibatnya, manipulasi terjadi di mana-mana, bahkan titel pun bisa dibeli. Lemahnya sistem pendidikan kita yang disebabkan rendahnya kebijakan politik pemerintah menempatkan Indonesia sebagai negara yang sistem pendidikannya terburuk dari 12 negara di Asia (The Economics Risk Consultancy).
Mengapa harus ada sertifikasi guru? Mitos di balik sertifikasi guru ini adalah semakin memajukan mutu pendidikan. Benarkah? Saya meragukan! Ada logika tertutup yang menjangkit pemerintah kita, yakni bahwa mutu pendidikan didasarkan dan ditentukan oleh imbalan tambahan bagi kelompok guru tertentu.
Dengan demikian, sebenarnya pada dirinya sendiri sertifikasi guru melahirkan ketidakadilan. Karena melahirkan ketidakadilan, program sertifikasi guru pun patut dicurigai. Sertifikasi akan memicu berbagai akrobatik, termasuk cara-cara yang tidak jujur guna memperebutkan sertifikasi kompetensi profesional guru yang menjanjikan imbalan besar. Kalau sudah demikian, masyarakat kita akan menjelma menjadi masyarakat berisiko (risk society).
Dalam hemat saya, pemerintah telah salah langkah dengan program sertifikasi itu sendiri. Yang utama dalam perbaikan dan pengembangan mutu pendidikan kita ada pada pembenahan regulasi dan kapasitas pendukung lain, seperti budaya, bukan pada sertifikasi. Kapasitas budaya itu menyangkut mental seseorang yang di dalamnya terkandung cara berpikir dan bertindak.
Terhadap program sertifikasi guru ini, pedagog Foester akan menertawakan kita. Kebijakan pendidikan semacam ini jauh panggang dari api. Kebijakan itu tidak menyentuh inti dari persoalan itu sendiri, tetapi justru memperlebar ruang egoisme.
Foester mengusik nurani kita untuk sedapat mungkin memaksimalkan kinerja dan tanggung jawab. Bahwa mutu pendidikan kita hanya bisa tumbuh dan berkembang kalau ada ketulusan dalam memajukan karakter dengan empat tekanan seperti yang disebutkan itu. Jangan sampai pendidikan hanyalah sebuah dark force yang tidak merangsang perubahan habitus. Karena itu, di tengah hiruk-pikuk dan terpuruknya dunia pendidikan, politik, sosial, dan bidang-bidang kehidupan lain, pendidikan karakter dengan menekankan dimensi etisreligius menjadi sangat relevan untuk diterapkan, apalagi dalam konteks Indonesia.
Dony Kleden Rohaniwan dan Alumnus Magister Antropologi UGM
sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/27/10112623/Pendidikan.Karakter
JAKARTA, KOMPAS.com - Penolakan terhadap Kurikulum 2013 turun ke jalan. Aliansi Revolusi Pendidikan menggelar aksi menolak kurikulum 2013 di depan Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Rabu (27/3/2013).
Di tengah rintik hujan yang turun, aliansi yang merupakan gabungan dari Indonesia Corruption Watch (ICW), serikat guru dan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Di tengah rintik hujan yang turun, aliansi yang merupakan gabungan dari Indonesia Corruption Watch (ICW), serikat guru dan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Pendidikan untuk Semua Tetap Perlu Peran Negara
- 4:31 PM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com- Pembanguan pendidikan pascatuntasnya pendidikan untuk semua ataueducation for all pada 2015 haruslah mengarah pada pendidikan yang semakin inklusif dan transparan.
Pemerintah harus berkomitmen untuk melaksanakan "pendidikan untuk semua" yang mencakup semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan dengan menyadari bahwa pendidikan sebagai hak asasi setiap warga negara. Karena itu, peran negara harus menjadi terdepan dalam menyediakan akses dan mutu pendidikan bagi semua warga negara.
Petisi Tolak Kurikulum 2013 Disampaikan ke DPR
- 4:14 PM
- By jinggalifeschool
- 0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Tolak Kurikulum 2013 bersama Indonesia Corruption Watch (ICW) mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) untuk menyerahkan petisi menolak penerapan kurikulum baru.
Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.
Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.
Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu diberikan masukan.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013
ADA pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.
Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.
sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-4
|
Alhamdulillah Launching SD Alam JinggaLifeschool pun sukses di adakan 12 Maret 2012, rasa penasaran orang tua murid pun terpuaskan dengan sajian ndeso kami yaitu kacang rebus, pisang rebus dan jagung rebus di temani dengan minuman wedang jahe. suegerrrr...
Suguhan kami mengenai sekolah alam dilengkapi dengan games seru yang menjamin anak anak akan bermain sepuassnya di mini outbound di depan SD alam jingga, SD Alam Jingga terdiri dari 3 ruangan yaitu Ruang Kreatif, Ruang Ceria dan Ruang Taqwa.
Anak- anak di ajak bermain sambil belajar, dengan merangsang berbagai aspek untuk lebih kreatif, bukan tidak mungkin dengan mengedepankan kualitas, SD Alam Jingga pun patut di perhitungkan.
Berikut antusiasme para orang tua murid dan anak - anak yang terekam saat Open House SD Alam Jingga :
Registrasi Para Calon Orang Tua Murid |
Antusiasme Para Ortu |
Ayo berebutaaan.. |
Fun Cooking bersama Ibu Danis dan Ibu Ria |
Asyiknya :P |
Main Sepuas nya |
Lets go... |
Alhamdulillah SD Alam Jingga pun telah rampung dan telah siap menuntaskan rasa dahaga anak anak yang ingin belajar sambil bermain, ber eksplorasi merangsang kebutuhan tiap anak, jingga menghadirkan sekolah alam yang tak biasa, mari kita tengok suasana ndeso di sekolah alam dengan mini outbound nya :
Pintu masuk arena belajar SD Alam Jingga |
Ruang Ceria |
Tempat Wudhu |
Garden Corner |
Tangga menuju Ruang Taqwa |
Ruang Kreatif |
Our Mini Outbound |
Assalamualaikum,
SEMANGAT SIANG Ayah Bunda yang Selalu Bahagia dan Ceria.
UNDANGAN OPEN HOUSE
SD ALAM JINGGA
Happy Time with Jingga ini InsyaAllah akan diselenggarakan pada tanggal 12 Maret 2013 (selasa /bertepatan dengan tanggal merah)
Alhamdulillah, setelah menyelesaikan 3 ruang sebagai fasilitas belajar yang menyenangkan terdiri atas :
1. RUANG GEMBIRA, 2. RUANG KREATIF, 3. RUANG SPIRITUAL (di lantai 2), dilengkapi dengan display BOTANI sebagai latihan bercocok tanam dan tidak ketinggalan arena KIDS FUN (children out bond : sarang laba laba, berjalan diatas tali dll.)
SEMANGAT SIANG Ayah Bunda yang Selalu Bahagia dan Ceria.
UNDANGAN OPEN HOUSE
SD ALAM JINGGA
Happy Time with Jingga ini InsyaAllah akan diselenggarakan pada tanggal 12 Maret 2013 (selasa /bertepatan dengan tanggal merah)
Alhamdulillah, setelah menyelesaikan 3 ruang sebagai fasilitas belajar yang menyenangkan terdiri atas :
1. RUANG GEMBIRA, 2. RUANG KREATIF, 3. RUANG SPIRITUAL (di lantai 2), dilengkapi dengan display BOTANI sebagai latihan bercocok tanam dan tidak ketinggalan arena KIDS FUN (children out bond : sarang laba laba, berjalan diatas tali dll.)
SEGERA BISA dirasakan keceriannya bersama putra putri Ayah Bunda sekalian pada saat soft launching perdana.
Rangkaian acara nya:
Pukul 07.30 Registrasi s.d. 08.00
Pukul 08.00 sd 08.45 (presentasi & tanya jawab seputar sekolah alam jingga)
Pukul 08.45 s.d. 10.30 : OUT BOND for CHILDREN n FUNCOOKING.
Fasilitas buat para UNDANGAN :
NATURAL WELCOME DRINK, SNACK, and SOUVENIR.
Ditunggu kehadirannya ya Ayah Bunda. Adik-adik dapat diikutsertakan. Tolong dibawa juga baju ganti sebagai persiapan.
Rangkaian acara nya:
Pukul 07.30 Registrasi s.d. 08.00
Pukul 08.00 sd 08.45 (presentasi & tanya jawab seputar sekolah alam jingga)
Pukul 08.45 s.d. 10.30 : OUT BOND for CHILDREN n FUNCOOKING.
Fasilitas buat para UNDANGAN :
NATURAL WELCOME DRINK, SNACK, and SOUVENIR.
Ditunggu kehadirannya ya Ayah Bunda. Adik-adik dapat diikutsertakan. Tolong dibawa juga baju ganti sebagai persiapan.
HAPPY TIME WITH JINGGA, FEEL THE DIFFERENCES
Konfirmasi Hadir SMS ke :
083896742000 (Nama Ayah/Bunda - Soft Launching)
Terimakasih,
Wassalamualaikum Wr Wb.
Terimakasih,
Wassalamualaikum Wr Wb.
Sekolah AlamJingga Life School memiliki
VISI Sebagai sekolah yang melahirkan pemimpin yang bertaqwa, berilmu dan arif sehingga menjadi rahmat bagi semesta alam.
MISI
1) Membentuk kepekaan siswa terhadap tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.
2) Menghadirkan lingkungan yang menjunjung tinggi aplikasi nilai akhlaq
MISI
1) Membentuk kepekaan siswa terhadap tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.
2) Menghadirkan lingkungan yang menjunjung tinggi aplikasi nilai akhlaq
3) Membangun kebiasaan beribadah.
4) Mempersiapkan siswa menjadi pemimpin yang amanah.
5) Memberikan pendidikan dasar kewirausahaan untuk membentuk kemandirian siswa
6) Melatih keterampilan berkomunikasi yang efektif.
7) Mengasah kecerdasan emosi dalam berinteraksi.
8) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh ilmu yang seluas-luasnya.
9) Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian dan keberlangsungan alam.
10) Mengembangkan keterampilan mengelola potensi alam
KURIKULUM yang SA Jingga Lifeschool Gunakan mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan Depdiknas.
- Kurikulum juga dikembangkan dengan model Inquiry Based Learning yang memiliki muatan 5 Fokus Utama, 12 Quality Ansurrance, dan 7 Habits yang diramu dalam Kurikulum Tematik.
- Alam Semesta sebagai media & obyek belajar dalam rangka pembentukan logika & karakter anak.
Alamat: Kav 31 B RW 01, Teluk Pucung - Bekasi Utara.
cp: 0857 1993 6515
BB 328be3bb
4) Mempersiapkan siswa menjadi pemimpin yang amanah.
5) Memberikan pendidikan dasar kewirausahaan untuk membentuk kemandirian siswa
6) Melatih keterampilan berkomunikasi yang efektif.
7) Mengasah kecerdasan emosi dalam berinteraksi.
8) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh ilmu yang seluas-luasnya.
9) Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian dan keberlangsungan alam.
10) Mengembangkan keterampilan mengelola potensi alam
KURIKULUM yang SA Jingga Lifeschool Gunakan mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan Depdiknas.
- Kurikulum juga dikembangkan dengan model Inquiry Based Learning yang memiliki muatan 5 Fokus Utama, 12 Quality Ansurrance, dan 7 Habits yang diramu dalam Kurikulum Tematik.
- Alam Semesta sebagai media & obyek belajar dalam rangka pembentukan logika & karakter anak.
Alamat: Kav 31 B RW 01, Teluk Pucung - Bekasi Utara.
cp: 0857 1993 6515
BB 328be3bb